Rabu, 11 Juni 2014

About This blog



Materi pada ICT lebih mendalam lagi dari pada TIK, kami di ajarkan untuk membuat Logo, Blog, Kartu ucapan dan lain-lain. Saat mempraktekkan langsung awalnya cukup mudah tpi saat mata kuliah selesai, sebagian mahasiswa lupa cara-cara yang di lakukan. Kadang juga jadwal ICT lewat dari jadwal yang telah di tentukan padahal masih ada kelompok lain yang ingin masuk.
Kesannya, yah cukup menarik, seru. Karena mahasiswa dapat beinovasi sendiri saat sudah tau cara-cara membuat logo ataupun yang lain. Membuat kita selalu ingin berimajinasi dan mendorong kita untuk kreatif.
Kami bangga kuliah di ATRO Muhammadiyah Makassar ini karena satu-satunya Akademik Radiologi di Indonesia Timur. Meskipun pembayarannya lumayan bikin saku orang tua bolong. Hhahhaha namun kami sangat bangga dan berterima kasih kepada Allah yang telah mengizinkan saya untuk kuliah di ATRO dan berkesempatan untuk menjadi Radiografer.

Selasa, 10 Juni 2014

Film radiologi

Pengertian Film

Film merupakan salah satu peralatan radiologi yang sangat vital dan sangat sensitif terhadap cahaya maupun sinar-x. Film ini, berdasarkan kesensitifan dan emulsinya dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu blue sensitive dan green sensitive atau sering di sebut juga dengan istilah film yang memiliki karakteristik low speed dan high speed
Blue sensitif sering dikenal juga dengan monocromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombang warna biru. Seangkan green sensitive sering disebut juga dengan policromatic emultion, yaitu jenis emulsi film yang hanya peka sampai dengan panjang gelombangnya warna hijau. 

Bagian-bagian film radiografi:
1.  Dasar film (film base)
     Bahan utama film base terbuat dari poliester, dan umumnya memiliki zat warna kebiruan (blue base). Film 
     base ini memiliki ketebelan kurang-lebih 0,18 mm.

2.  Lapisan perekat (subtratum layer)
     Fungsi lapisan perekat
    -Menempelkan lapisan emulsi film secara merata pada lapisan datar.
    -Mencegah rerpisahnya butiran-butiran emulsi film.
Bahan yang digunakan untuk lapisan perekat adalah larutan gelatin. Larutan gelatin adalah susunan protein yang sangat komplek yang berasal dari kollagen fibres (potongan-potongan serat) yang berasal dari kartilago, kulit dan osesin binatang memamah biak, yang selanjutnya di proses secara hidrolisis sehingga terbentuknya gelatin polymer (NH2 CH2 COOH)n.
sifat-sifat gelatin yang menguntungkan anatra lain :
a.  Mempunyai daya ikat yang baik terhadap butiran-butiran perak halida.
b.  Pada suhu tertentu mudah bersenyawa dengan larutan lain dan jika didinginkan akan kembali mengeras.
c.  Tidak memberi pengaruh terhadap perak halida, baik setelah maupun sebelum disinari.
d.  Jika dimasukkan ke dalam latutan prossesing ( pembangkit ) akan mudah mengembang, sehingga  gelatin  
     ini akan memberi kesempatan kepada zat-zat lain untuk bereaksi.

3.  Emulsi film
     Emulsi film merupakan “ sensitive material ” yang digunakan untuk membentuk bayangan radiograf. 
     Ada tiga jenis halida yang biasa seringa dipergunakan. Diantaranya yaitu :
a.  Silver bromida ( AgBr ) : Memiliki cut-off sensitivity mencapai 480 nm. cut-off sensitivity adalah batas 
     panjang gelombang dari emulsi film yang menunjukkan batas akhir kesensitifannya. Memiliki peak 
     sensitivity mencapai 430 nm.Peak sensitivity adalah panjang gelombang dimana emulsi film menunjukkan 
     pada tingkat yang paling sensitif. Umumnya digunakan untuk pembuatan emulsi film radiografi maupun   
     fotografi.
b.  Perak iodida ( AgI ) : Umumnya digunakan sebagai halida campuran dengan tujuan untuk meningkatkan 
     sensitifitasnya.
c.  Silver clorida ( AgC l )

4.  Lapisan pelindung (supercoat)
     Lapisan pelindung ini terbuat dari gelatin dan berfungsi sebagai antibrasi (luka atau terkelupas).



Fungsi Film sinar-x
Fungsi film sebagai pencatatan bayangan dari gambra yang di inginkan shingga bisa terlihat melalu film itu.

Penyimpanan Film Sinar-x
Syarat-syarat penyimpanan film sinar-x
a. Suhu kira-kira 13o C
b. Kelembaban udara maksimum 50% yaitu dalam keadaan dingin dan kering. Kerusakan emulsi film 
        tersebut berupa makin besar fog level dan berkurangnya speed kontras.
c. Terlindung dari radiasi pengion
d. Jauh dari bahan kimia
e. Tidak terjadi tekanan mekanik baik diantara kotak-kotak film itu sendiri

Syarat-syarat penyimpanan tidak terpenuhi
a. Fog level meninggi
b. Sensitifitas film menurun
c. Kontras menurun

Penyimpanan di gudang
a. Udara dingin dan kering
b. Sirkulasi / ventilasi udara cukup
c. Film harus disimpan berdiri untuk mencegah terjadinya “presure marka”
d. Harus tersusun menurut “expire date”
e. Temperatur 20o
f. hindari dari bahan radioaktif atau radiasi

Penyimpanan di kamar gelap
a. Disimpan pada meja kering
b. Dibuka pada keadaan gelap
c. Disimpan tegak
d. Box film selalu tertutup

Penyimpanan di kamar pemeriksaan
a. Film disimpan didalam kaset
b. Jauh dari sumber radiasi
c. Terpisah antara film yang sudah terkena eksposure dengan yang belum

JENIS-JENIS PESAWAT SINAR-X

Perbedaan MRI dengan konvensional radiolography dan CT Scan


Konvensional radiolography :
-          superimposed / flat hanya 2 dimensi perlu proyeksi multi, media kontras
-          kemampuan membedakan jaringan [imaging contrast] terbatas, ini tergantung pada:  - Perbedaan x-ray attenuation
- Kwalitas media { mis : film }
-          tak dapat mendeteksi perubahan atenuasi yang kecil, hanya antara udara, fat, soft tissue, tulang, logam.
-          Kebanyakan organ tak bisa dideteksi hanya berdasarkan perbedaan attenuase (liver dengan lien) sehingga perlu media kontras.
CT Scan:
-  Memakai x-ray
-  Lebih sensitive menilai perubahan attenuasi yang minimal.
MRI :
-  Tidak memakai x-ray
- Informasi gambar sama dengan CT Scan
- Tidak tergantung perubahan attenuasi
- Tergantung pada interaksi jaringan dengan kekuatan elektromagnetik
Keuntungan MRI
Keuntungan pemeriksaan dengan teknik MRI :
  1. Tidak memakai sinar X
  2. Tidak merusak kesehatan
  3. Banyak pemeriksaan tanpa memerlukan zat kontras
  4. Informasi gambar yang jelas dan menunjukkan parameter biologis
  5. Menghasilkan potongan 3 dimensi (aksial, frontal, sagital) dan banyak potongan yang dibuat hanya dalam satu waktu (lebih 8 potongan sekaligus)
Komposisi sebuah pesawat MRI:
  1. Magnet kekuatan antara 0,064 – 1,5 Tesla (T)
  2. Coil, alat pemancar dan penerima RF
  3. Sistem komputer yang canggih.
  4. Tenaga listrik dan sistem pendingin
MR signal ditunjukkan dengan jumlah nucleus yang mengalami presisi (spin density) pada volume tertentu.
Dari segi kekuatan magnet:
  1. high field magnet     > 1,5 T
  2. middle field magnet  0,5 – 1,5 T
  3. low field magnet      < 0,5 T (1 tesla = 10.000 gauss)
Dari jenis / tipe magnetnya:
  1. superconductive
  2. resistive
  3. permanent
Media kontras MRI :
Mempengaruhi waktu relaksasi, memperpendek T1 Dan T2 sehingga signal lebih
kuat.
Klasifikasi :
  1. Ferromagnetik
  2. Paramagnetic, mis: gadolinium, paling sering dipakai
  3. Superparamagnetic
MRI Safety:
Dapat mengenai penderita atau petugas karena faktor-faktor:
  1. medan magnet
  2. noise
  3. gas (helium)
  4. claustrophobia
  5. kontras media
Magnet:
  1. Efek biologik:
-   perubahan ringgan ECG (T wave elevation), temporer
-   stimulasi langsung pada sel otot dan syaraf karena induksi aliran listrik : magnetophosphenes
-   peningkatan ringan suhu badan
  1. Efek non biologik:
-   menyangkut benda-benda yang bersifat ferromagnetic dan elektrikal device, akan mengalami missle effect karena tarikan megnet
-   efek pemanasan logam --------- merusak jaringan
Noise: Gangguan pendengaran temporer / permanen, diatasi dengan Headphone
/earplug.
Gas: Helium sebagai pendingin pada magnet superconductive
------ menguap : asfiksi
------ kondensasi : frost bite
Penggunaan MRI
MRI merupakan pemeriksaan rutin di klinik/rumah sakit besar. Dengan MRI pada prinsipnya hampir semua irgan tubuh dapat diperiksa, mulai dari kepala sampai kaki terutama untuk pemeriksaan kepala & tulang bekang yang pada pemeriksaan CT scan tidak dapat dilihat kelainannya.
Indikasi:
  1. tumor CNS
  2. penyakit myelum
  3. memperjelas batas antara tumor denga undema otak
  4. membedakan tumor recurrent dengan fibrosis post radiasi
  5. membedakan prolaps discuss recurrent dengan fibrosis post operasi
  6. cardiac / vascular imaging
Kontra Indikasi :
Absolut tidak ada, hampir sama dengan iodium
Pada kehamilan (?)
Dosis : 0,2 ml / kg BB
Efek samping :
Rasa panas, nyeri, nausea, dizziness, headche, anaphylactic dll
Persiapan pasien :
-          penjelasan tentang cara pemeriksaan (perlu kerja sama yang baik).
-          Deteksi ada tidaknya alat/bahan yang ferromagnetic maupun electrical devices ( pacu jantung)
-          Penderita diminta kencing dulu
-          Bila menggunakan Kontras, puas minimal 2 jam
Langkah-langkah pemeriksaan MRI:
  1. penderita diletakkan dalam medan magnet
  2. organ yang akan diperiksa “dibungkus” dengan coil
  3. gelombang RF dihidupkan / dikirim kemudian .....
  4. pulsa RF distop / dimatikan, kemudian .....
  5. signal yang terbentuk direkam untuk .....
dibuat rekontruksi gambar
Lain-lain :
-          petugas yang masuk ruang dibatasi
-          alat-alat penunjang(respirator, tabung oksigen, tracheostomy, collar brace dll, harus bukan dari logam)
-          Wanita hamil trimester I: tidak dapat diperiksa dan tidak boleh masuk ruang periksa



sumber : http://liswandibasse.blogspot.com

DOKTER-DOKTER RADIOLOGI YANG BERJASA

Penggunaan perangkat radiologi untuk kepentingan dunia kedokteran telah berjalan sejak tahun 1898, oleh tentara Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok. Pada awal abad XX pemeriksaan radiologi dipusatkan di rumah sakit militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Orang Indonesia yang mengaplikasikan pemeriksaan radiologi pada saat itu adalah dr. R.M. Notokworo, lulusan fakultas kedokteran di Universitas Leiden, Belanda (1912).
Beliau aktif bekerja di Semarang dan Surabaya. Di fakultas kedokteran & rumah sakit CBZ (Centraale Burgerlijk Ziekenhuis, sekarang RS Dr. Cipto Mangunkusumo) di Jakarta, pemeriksaan radiologik dilakukan dibawah pimpinan seorang spesialis radiologi asal Belanda, Prof. B.J. Van der Plaats.
Orang Indonesia pertama yang memperoleh brevet roentgenoloog adalah dr. Wilhelmus Zacharias Johannes, asisten Prof. Van der Plaats waktu itu (1939). Dr. Johannes adalah orang yang berjasa dalam mengembangkan radiologi Indonesia. Disamping keterlibatannya dalam bidang pendidikan kedokteran (termasuk sebagai guru besar radiologi yang pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1946), beliau juga yang merintis berdirinya Sekolah Asisten Roentgen (sekarang bernama Akademi Penata Roentgen) dan juga perhimpunan dokter spesialis radiologi yang disebut Ikatan Ahli Radiologi Indonesia pada tahun 1952 (sekarang bernama Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia).
Dokter-dokter lain yang berjasa dalam pengembangan radiologi, terutama pada masa perang kemerdekaan, adalah dr. Suhirman, dr. Sjahriar Rasad dan dr. Sutjipto. Sesudah masa perang berlalu, muncul juga nama-nama seperti dr. G.A. Siwabessy, dr. Liem Tok Djien dan dr. Abdul Gafar yang aktif berkecimpung dalam bidang radiologi, baik pelayanan medis maupun pendidikan dokter.
Hingga saat ini telah berdiri 6 sentra pendidikan spesialis radiologi, yaitu di Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Solo, Malang, dan Makassar. Jumlah dokter spesialis radiologi Indonesia saat ini mencapai lebih dari 700 orang yang melayani lebih dari 220 juta penduduk Indonesia, jumlah yang sangat kurang terutama bila mempertimbangkan perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat belakangan ini.
* * Disusun oleh dr.Marcel Prasetyo, Sp.Rad, berdasarkan tulisan Prof.dr. Sjahriar Rasad, Sp.Rad yang dimuat dalam Buku Ajar Radiologi Diagnostik (Editor : dr. Iwan Ekajuda, Sp.Rad), Edisi II tahun 2005.
** Sjahriar Rasad adalah seorang ahli kesehatan Indonesia di bidang radiologi. Ia dikenal sebagai tokoh yang dianggap berjasa dalam pengembangan radiologi sejak masa perang kemerdekaan Indonesia bersama koleganya dr. Suhirman dan dr. Sutjipto.
Sjahriar Rasad yang pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 70-an itu pernah menempuh pendidikan di American College of Radiology dan merupakan alumni angkatan 1968.
Ia adalah putra dari Zainuddin Rasad, seorang pejuang dan pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Persediaan pada Kabinet Sjahrir II.



KASET RADIOGRAFI

Pengertian Kaset
Kaset yaitu kotak gempeng untuk mentransportasikan film dari kamar gelap ke kamar pemeriksaan. Untuk melindungi film x-ray yang telah maupun belum di ekspose diperlukan suatu alat yang disebut kaset. Kaset, dalam panggunaannya selalu bersama dengan intensyfing screen yang terletak di depan dan dibelakang film. Kaset memili berbagai fungsi, diantaranya adalah: melindungi intensyfing screen dari kerusakan akibat tekanan mekanik, menjaga intensyfing screen dari kotoran dan debu. Selain itu kaset juga berfungsi menjaga agar film dapat dengan rapat menempel pada kedua intensyfing screen yang terletak di depan dan belakang kaset tersebut secara sempurna serta membatasi radiasi hambur balik dari belakang kaset.
kaset memilki berbagai macam ukuran. Diantaranya adalah berukuran : (18 X 24) cm, (24 X 30) cm, (30 X 40) cm, (35 X 35) cm dan (35 X 43) cm. Penggunaan berbagai macam kaset ini ditentukan oleh objek yang akan di periksa.sebagai contoh adalah pemeriksaan pada manus. Karena objeknya kecil maka untuk effisiensinya menggunakan kaset yang berukuran (18 X 24) cm. 



adapun ciri-ciri konstruksi kaset yang ideal menurut standar yang telah ditentukan adalah sebagai berikut: 
1. kuat dan tahan untuk pemakaian sehari-hari.
2. Ringan sehingga memudahkan penyimpanan dan pada kondisi penerangan yang cukup, mudah di buka dan di tutup.
3. memiliki tepi atau sudut yang tidak tajam sehingga tidak melukai pasien maupun pekerja.
4. Bagian depan kaset tidak mempengaruhi kualitas radiograf yang dihasilkan. Bagian belakang dilapisi oleh lapisan besi atau Pb. Sehingga dapat mengurangi radiasi hambur balik yang berasal dari kaset bagian belakang.


Fungsi kaset
• Melindungi film dari pengaruh cahaya
• Melindungi IS dari tekanan-tekanan mekanis
• Menjaga agar kontak antara film dengan screen tetap rata
Keberadaan kaset dengan fungsi-fungsimya mau tidak mau akan memberikan kontribusi yang besar terhadap keberhasilan pemeriksaan radiodiagnostik. Oleh sebab itu kaset harus dijaga sedemikian rupa dari kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi. Kerusakan-kerusakan pada kaset ini sering terjadi ketika penempatan kaset yang dalam penggunaannya sering berada langsung di bawah pasien sehingga terjadi tekanan-tekanan mekanik. Dan kaset yang secara tidak sengaja terjatuh serta benturan-benturan yang terjadi padanya, juga merupakan penyebab kaset mengalami disfungsi. Disfungsi ini dapat terlihat ketika kaset tidak dapat melindungi film dari cahaya luar, sehingga akan dihasilkan fog pada hasil radiograf. Tentunya dengan temuan ini akan mengganggu radiograf yang dihasilkan.


Macam-macam kaset dalam pemakaian khusus
·    Curved Casette : yaitu kaset yang bentuknya melengkung, dengan komposisi sama seperti kaset umum. Kaset ini dipakai untuk pemotretan obyek-obyek yang melengkung.
·     Kaset film Changer : yaitu lapisan belakang dari timbal yang cukup tebal, sehingga sinar primer betul-betul tidak tembus di bawahnya.
·      Kaset dan Foto Timer : yaitu kaset yang dilengkapi dengan foto timer yang merupakan rongga udara bila kena elektronik.
·     Gridded Casette : yaitu kaset yang dilengkapi  dengan grid. Umumnya dipakai untuk pemotretan dimana central ray horizontal sehingga tidak dapat memakai bucky table.
·    Flexible Casette : yaitu kaset yang dindingnya terbuat dari plastik supaya  mudah dilengkungkan sesuai dengan kebutuhan. Biasanya digunakan pada radiografi industri (untuk melihat sambungan pipa).
·   Multi Section Casette : yaitu digunakan untuk pemotretan jari ngan yang terdiri dari beberapa lapisan. Bedanya dengan tomografi adalah bahwa pada tomografi yang difoto hanya satu lapis. Kaset ini gepeng dan tebal berisi 3-7 film di dalamnya. Film yang pertama menggunakan “speed screen high definition”  (ISS), untuk bagian depan. Film kedua menggunakan “medium speed screen”, bagian belakang saja. Film ketiga menggunakan sepasang “screen high definition” (low speed). Film ke-empat menggunakan sepasang “screen high speed
·     Graduated Casette : dilengkapi dengan screen yang mempunyai kepekaan terhadap mulai dari low speed – medium speed – high speed. Misalnya digunakan pada pemotretan kaki seluruhnya, vertebrata, dan lain-lain.
 
 
Sumber : Dari catatan