Dokter-dokter Radiolog yang Berjasa
Penggunaan
perangkat radiologi untuk kepentingan dunia kedokteran telah berjalan
sejak tahun 1898, oleh tentara Belanda dalam perang di Aceh dan Lombok.
Pada awal abad XX pemeriksaan radiologi dipusatkan di rumah sakit militer dan rumah sakit pendidikan dokter di Jakarta dan Surabaya. Orang Indonesia yang
mengaplikasikan pemeriksaan radiologi pada saat itu adalah dr. R.M.
Notokworo, lulusan fakultas kedokteran di Universitas Leiden, Belanda
(1912).
Beliau
aktif bekerja di Semarang dan Surabaya. Di fakultas kedokteran &
rumah sakit CBZ (Centraale Burgerlijk Ziekenhuis, sekarang RS Dr. Cipto
Mangunkusumo) di Jakarta, pemeriksaan radiologik dilakukan dibawah
pimpinan seorang spesialis radiologi asal Belanda, Prof. B.J. Van der Plaats.
Orang Indonesia pertama yang memperoleh brevet roentgenoloog
adalah dr. Wilhelmus Zacharias Johannes, asisten Prof. Van der Plaats
waktu itu (1939). Dr. Johannes adalah orang yang berjasa dalam
mengembangkan radiologi Indonesia. Disamping keterlibatannya dalam
bidang pendidikan kedokteran (termasuk sebagai guru besar radiologi yang
pertama di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia tahun 1946),
beliau juga yang merintis berdirinya Sekolah Asisten Roentgen (sekarang
bernama Akademi Penata Roentgen) dan juga perhimpunan dokter spesialis
radiologi yang disebut Ikatan Ahli Radiologi Indonesia pada tahun 1952
(sekarang bernama Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi Indonesia).
Dokter-dokter
lain yang berjasa dalam pengembangan radiologi, terutama pada masa
perang kemerdekaan, adalah dr. Suhirman, dr. Sjahriar Rasad dan dr.
Sutjipto. Sesudah masa perang berlalu, muncul juga nama-nama seperti dr.
G.A. Siwabessy, dr. Liem Tok Djien dan dr. Abdul Gafar yang aktif
berkecimpung dalam bidang radiologi, baik pelayanan medis maupun
pendidikan dokter.
Hingga saat ini telah berdiri 6 sentra pendidikan spesialis radiologi, yaitu di Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Solo, Malang, dan Makassar. Jumlah
dokter spesialis radiologi Indonesia saat ini mencapai lebih dari 700
orang yang melayani lebih dari 220 juta penduduk
Indonesia, jumlah yang sangat kurang terutama bila mempertimbangkan
perkembangan ilmu dan teknologi yang sangat pesat belakangan ini.
* * Disusun oleh dr.Marcel Prasetyo, Sp.Rad,
berdasarkan tulisan Prof.dr. Sjahriar Rasad, Sp.Rad yang dimuat dalam
Buku Ajar Radiologi Diagnostik (Editor : dr. Iwan Ekajuda, Sp.Rad),
Edisi II tahun 2005.
** Sjahriar Rasad adalah seorang ahli kesehatan Indonesia di bidang radiologi. Ia dikenal sebagai tokoh yang dianggap berjasa dalam pengembangan radiologi sejak masa perang kemerdekaan Indonesia bersama koleganya dr. Suhirman dan dr. Sutjipto.
Sjahriar Rasad yang pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada tahun 70-an itu pernah menempuh pendidikan di American College of Radiology dan merupakan alumni angkatan 1968.
Ia adalah putra dari Zainuddin Rasad, seorang pejuang dan pernah menjabat sebagai Menteri Pertanian dan Persediaan pada Kabinet Sjahrir II.